Senin, 30 September 2013

maka terjadilah..

telah sering ku bisikkan padamu
hingga serak kerongkongan ku menggila
namun kau diam tak acuh
hingga berlalu diam membisu
ini tak terarah, berantakan parah!
kau, tlah berbeda.
bagai kau tlah buta aksara
atau sudah mati rasa?
bagai kau terperdaya
bahkan imaji mu berubah warna
tak cerah lagi, terangmu kini kian karam
maaf, aku memilih jengah pada laut lepas
setidaknya dia hanya mampu menghempas pada bibir pantai
tanpa menyekap diri dan menyiksa rasa
maaf, ku menjauh sejenak darimu
derainya tak mampu ku bendung
biar ku berlari merentang langit yg mendung
kau disana, silahkan merenung
tenang, aku akan kembali sobat!
saat aku bebar-bebar kuat memapahmu lebih lama
yang ku tau kini kau tengah karam di tengah lautan rasa
maka pinta ku, yang terjadi maka terjadilah.






Sabtu, 28 September 2013

sepeda sederhana

bak SEPEDA dan pedalnya
aku tak ingin mengayuhnya terlalu jauh,
agar kau tak tertinggal sendiri di ujung jalan
lalu hanya ku tuntun dengan kedua tanganku
agar aku dapat berjalan berdua denganmu.
beriring dalam terik mentari yang selalu membakar asa
kau jangan terlalu menyanjungku.
menyamakan dengan yang indah,
apalagi membandingkan dengan yang berkilau
karena aku takut ketinggian,
apalagi bila jatuh pasti sakit rasanya
sebab ku tak sanggup kehilangan.
ini kisah sang penyair.
di atas kertas usang,
sang PENYAIR menumpahkan segala imaji,
menghasilkan syair-syair yang begitu indah untuk dinikmati.
walau berteman sepi, silih angin hanya pengisi
lalu berlalu pergi !
putaran pedal sepedanya terdengar lirih..

Selasa, 24 September 2013

risalah seorang sahabat



kita seakan bermain ditakdir yang sama.
atau sedang bertaruh hati di rongga yang satu
sedang dia hanya asyik bercumput, ketika bosan lalu berlalu!


Sahabat, berkenankah kau bagi RINDU-mu di antara labirin petang?
lalu ajari aku melepaskan baju berkain kenangan ini.
yang dirajut oleh penikam kain kasih terhandal
sebab kita mencandui pujangga yang sama.


candu rindu



Seperti mawar yang kaupetik, yang rela gugur di jemarimu
tahukah kau apa yang membuatnya bahagia?
sedang Embun di daun jendela, mungkin ia ingin membuka jendela,
dan memberimu bunga.
hanya menimang kata dan jemari yang bersaut-sautan
senja dan sepercik syahdu,
dari dalam hati yang merindu,
bersamamu kualunkan tembang merdu,
merayu ilalang sayu.
ahh! betapa bodohnya daku.
Kepada pelita malam,
puisi ini bukan menggantikanmu, hanya kata-kata sederhana yang juga butuh cahaya
hanya ada ini, secarik puisi untuk kekasih yang entah dimana kini.


Senin, 16 September 2013

meramu!


dilema dalam serat tangkai jati
merintik pilu diujung belatih
segumpal rasa pucat pasi
merapal jemari pengisi hari
kau suap aksara dengan candu
diam lalu resapi!
jangan ragu, belatih itu tlah ku asa
siapkan saja cawan menadah darah
dengan pena mawar serta kain putih itu
lalu sekap imaji, awali mimpi

hilang..

meraba malam dengan jemari tak sampai
titiknya kian samar diseberang sana
masih terngiang  baris widirmu
ku rapal ucapmu,basi diselaksa biru
lalu memilih rapuh serasa  malu
disatu titik kau kian ragu
hingga melintas kabut hingga berlalu
tepat dititik hijau kurasa
busurnya menikam dalam
walau hampa terlintas satu nama

Rabu, 11 September 2013

caraku berkisah tentangnya

pada gurat senja aku diam begitu saja
tanpa sepatah kata, tanpa selembar pinta kuterima
di ujung gelisah gusar menyapa
hanya pada satu titik ku terarah dan terengah
lalu memilih melepaskan atau melumatnya kembali
ini tentang rasa yang hinggap disetiap kelopak mata
 yang senang meniti gerak indah tarian kumuhmu
mengenalmu adalah bingkis terindah dalam toreh sejarah
yang membuatku tak henti bahkan berkelik
menikmati hangatnya malam sendu bersamamu
semilir angin yang kehulu acap kali
mengulik kalbu untuk terus menggerogoti kenangan itu
tenang, aku selalu mengingatmu dengan kesedihan yang kusembunyikan diam-diam
biar ku tangguhkan rasa ini
pada puing-puing kisah yang tlah berserakan
sebab belatihmu telah menghunusnya berkali-kali
lalu dengan apa kata kan ku sulam?
deret kisah terbingkaikan?
aku adalah rumahmu, saung tempatmu menghela nafas panjang
yang kian tersenggal-senggal mengejar bayang semu namun nyata bagimu
pada malam kelam, masih adakah orang yang merindumu diam-diam?
saat nirwana berpamitan pada sang cakrawala
masih adakah orang yang menyejukkan senyummu samar-samar?
hanya diatas kertas usang kembali ku berani menadang mimpi
merangkai kata berselimut kain putih polos
tertoreh dengan sebilah kaca bertinta darah
derap nafas kian terengah! lalu berlari menembus kabut hitam
saat kesendirian rindu itu berhamburan mendekap
kumemilih lanjutkan langkah tuk pergi
aku menutup lembaran dan tak ada lagi kemelut rindu antara kita!

Senin, 09 September 2013

coretan dihela napas kehidupan

inilah hidup ..
ruang nyata bagi sang insan,
walau kadang dipalsukan oleh banyak lakon suci !
ada kalanya memang ucap tak sejalan gerak lirih
berbanding terbalik dengan apa yang sempat terlontar
yang  sekarang sudah nyata dalam suatu keakraban
aneh,tak masuk akal memang
bahkan logika kerap kali tak mampu mengecapnya
inikah kehidupan ??
separah ini kah suata kepolosan yang di anggap pengkhianatan ?
salah mungkin tuhan menempatkanku,
atau mungkin waktu yang terlalu berpacu
sehingga terlempar tubuh tengil polos ini
kelubang luka yang selalu mengaga mengejar mangasa
entahlah, hal tekecil didunia ini pun aku tak ketahui
mungkin karna keterpolosanku jua lah yang membuat ku begini
terkontrol oleh keadaan,tangan tangan jahil penuh iming iming maksud
mungkin inilah kehidupan,kehidupan nyata dialam dunia penuh intrik
manusia !

priyai di gurun itu..

banyak orang piawai mencipta bahagia
hingga tak usah jengah kala ribuan orang bisa terengah
banyak orang berhati lembut bak sutra bertahta
maka jangan heran jika milyaran orang terbuai
olehnya diberi daya berlebih
agar dapat menebar cindai kesejukan
pelipur lara,sengsara
pengibah pinta yang berkepanjangan
pengusir jenuh yang tak berkesudahaan
padanya adalah kelebihan
anugrah dari sang MAHA !
maka bermunajatlah kedapanya,
karna diantara segelintir orang itu
tuhan menyelipkanmu,berposisi pas
agar kau jua bertindak demikian
namun terkhusus untukmu
bentanglah tirai kebahagian
urai sengsara,jenuh dan lara
yang terhimpit dalam rongga pemikiranKU !

jembatan ke negriku sedang kandas

laksana kepak sayap menyapu bersih langit biru
masih seperti biasa, meniti hari dalam toreh kisah
tetap silih terjal jalan terlampoi
gerak masih fasih
hingga malapetaka menghampiri
tali perkusi menari lirih
terlepas hingga keurat kaki
nanar hati..
jembatan ke negriku kini kandas tak berarti
apa wabah kendati menalu keliru ?
dari itu, mereka yang disebrang tak terhiraukan lagi
dia tak mengirim pucuk surat kembali
walau ku tahu kita saling menanti
deret papannya terbelah tak terangkah
sedang pengaitnya terkikis berat tindihan
entah salah pejalan..
jembatan itu kini tak terlintasi lagi
hanya jadi pengimbang langkah jembatan lain jadi tapakan
berlembar hari tak ubah menjadi
hanya terpampang dua bibir yang enggan mengatup
lalu disela keduanya, lumbung tak indah menadah mangsa
kau kah yang iklas terjatuh kelumbung itu?
sebab tak ada lagi jembatan penghubung kita, sayang?
dalam sepertiga malam hanya terdengar lantun doa kepiluan
menimang harap di atas barterah sang maha
jembatan ke negriku harap tak terabaikan
agar aku dia dan mereka tak senyap tersekap selotip rindu
yang selalu menindih saat kita saling merangkai kisah dalam satu ruang
di negri dongeng
saat segala ingin terpaparkan
sabar sayang, jembatan ke negri kita akan segera terangkaikan
sabar sayang, setidaknya bukan jembatan hati kita yang kandas :')

Sabtu, 07 September 2013

menikam titik malam

tudung sunyi menciduk sang malam diujung jalan
saat pulang dari gubuk kisanak senja
tak berpamit dan berkisah lama
sebab  angin segara menyapa
untuk segera menggiring malam kehulu
dalam rentang waktu yang berdentang
sang malam segera menyingsang
tak berlama tlah terhias kilap bulan serta bintang
sejati dalam hati
senja mengapit malam penghujung hari
hingga nanti saat menikam titik malam hingga pagi